IPTR USU Ketika Penyambutan Mahasiswa Baru. |
IPTR USU (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Tanah Rencong Universitas
Sumatera Utara) merupakan sebuah organisasi yang telah ada sejak tahun
1953 tepat setelah setahun USU berdiri. Mulanya IPTR USU sengaja
didirikan sebagai wadah perkumpulan mahasiswa maupun pelajar yang
berasal dari Aceh, maupun yang tinggal di tempat lain namun bersuku
Aceh.
Organisasi ini didirikan untuk membawahi anak-anak Aceh yang ada di
USU, dimana di dalamnya terdiri dari pengurus, anggota, anggota luar
biasa, dan alumni. Meski demikian, IPTR sendiri tidak menutup
kemungkinan untuk memperbolehkan orang yang bukan kebangsaan Aceh untuk
bergabung di dalamnya. Orang luar yang bergabung dengan IPTR tersebut
dinamai dengan anggota kehormatan.
Nama IPTR sengaja dibuat karena Aceh memang dikenal dengan senjata
rencongnya sehingga dibuatlah nama tanah rencong. Kini IPTR diketuai
oleh Muhammadin Hamid dan beberapa jajaran lainnya. Berawal dari DPP
(Dewan Pimpinan Pusat) kemudian DPC (Dewan Pimpinan Cabang) dan
Komisariat.
“Sebenarnya ada beberapa komisariat seperti di UMSU, Unimed dan
kampus lainnya di Medan, tapi sejauh ini mereka sudah vakum. Yang paling
aktif itu IPTR ITM dan USU, apalagi di USU banyak sekali mahasiswa
Aceh-nya. Makanya IPTR masih tetap eksis, Alhamdulillah,” cerita Teuku
Muhammad Rizky yang merupakan Sekretaris Umum IPTR.
Saat ditemui Tim Cerita Medan beberapa waktu lalu, Rizky bercerita
bahwa tujuan utama didirikannya IPTR adalah mengumpulkan seluruh
mahasiswa asal Aceh, maupun bersuku Aceh yang menempuh studi di Medan.
Organisasi ini juga untuk ajang silaturahmi, kebersamaan dan membangun
relasi yang baik.
Sementara anggotanya berasal dari berbagai macam suku di Aceh bagian
seperti Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang dan suku-suku lainnya.
Meski sudah didirikan semenjak tahun 1953, nyatanya IPTR sempat vakum
beberapa tahun pada 2009 dan didirikan kembali pada 2011, hingga
akhirnya pada tahun 2014 IPTR resmi diaktifkan kembali oleh mahasiswa
USU yang mengingkankan perkumpulan ini tetap ada.
Berbagai kegiatan mulai dicanangkan kembali dan setiap anggota pun
mulai menggelar beberapa acara berupa hal-hal yang berkenaaan dengan
Aceh seperti Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), Ulang Tahun Provinsi
Aceh, Peringatan Tsunami, Festival Kebudayaan Aceh, Pengajian, Buka
Puasa Bersama, dan Sahur Bareng.
Tak hanya itu IPTR juga aktif dalam kegiatan sosial seperti aksi dana
peduli terhadap korban gempa Aceh maupun Rohingya yang terdampar di
Aceh. Tak tanggung-tanggung mereka turun ke jalanan untuk mengumpulkan
sumbangan dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan.
Sebagai bagian penting dari USU, IPTR juga mengadakan kegiatan IPTR Road to School
yang para anggotanya menyebar ke beberapa sekolah di bagian Aceh. Hal
ini dilakukan guna meyosialisasikan USU dan jurusan yang ada di
dalamnya, dalam artian para anggota IPTR ingin membantu adik-adik yang
masih sekolah untuk berani merantau ke Medan. Karena apabila mendapati
kesulitan, anggota IPTR akan siap membantu serta mengayomi.
Dalam perkembangannya, IPTR dibimbing dan dibawahi oleh Yayasan Aceh
Sepakat, yang di dalamnya terdapat para alumni IPTR itu sendiri. Melalui
Yayasan Aceh Sepakat, IPTR selalu dibantu begitupun sebaliknya seraya
menjaga silaturahmi antar sesama orang Aceh.
Untuk jumlah keseluruhan mahasiswa Aceh yang ada di USU, tercatat
melalui data dari Biro Rektor sebanyak 330 orang. Sementara, yang aktif
dan tergabung di dalamnya ada 210 orang yang sudah termasuk 50 orang
pengurus. Jumlah yang cukup banyak untuk membuat sebuah organisasi
berkembang menjadi lebih baik.
Dalam kesehariannya para anggota IPTR tersebut berkumpul di
sekretariat yang sudah disediakan yaitu di Jalan Sei Petani, Medan. IPTR
sendiri terdapat beberapa divisi seperti pembinaan anggota, pendidikan
akademik, kerohanian, hubungan masyarakat, kesenian, olahraga dan
Kastrad (Kajian Strategi Dan Advokasi).
Hal yang menarik adalah dari berbagai suku yang disatukan dalam
paguyuban Aceh nyatanya IPTR tak begitu memahami sesama bahasa di
dalamnya. Seperti orang Aceh pesisir yang tidak mengerti bahasa Gayo,
begitu pun orang Aceh Simeulue yang tak mengerti bahasa Gayo.
Hal tersebut akhirnya membuat kepengurusan IPTR yang baru untuk
mengadakan kewajiban berbahasa Aceh saat dalam pertemuan, untuk
sama-sama belajar dan mengenal sehingga bisa saling tahu. IPTR akan
mengaplikasikannya dengan segera.
Dalam waktu dekat, IPTR juga akan mengadakan IPTR Leadership Camp
di Sibolangit untuk belajar kepemimpinan dan menyambung silaturahmi.
Sementara itu, pada akhir wawancara Teuku Muhammad Rizky berharap
kedepannya IPTR dapat terkoordinir dengan lebih baik lagi, anggotanya
tetap antusias, tetap satu serta menjaga silaturahmi. “Dan Insha Allah IPTR nggak vakum lagi sehingga IPTR dari universitas lainnya juga bisa hidup kembali,” tutupnya.
Nah, bagi ko kawan yang anak USU dan
berasal dari Aceh maupun bersuku Aceh silahkan gabung ke IPTR USU untuk
menyambung silaturahmi ya. Dapat menghubungi Rizky di 081360600615.
0 komentar:
Posting Komentar